
Yogyakarta, 07 April 2025 — Dalam suasana yang penuh khidmat dan kebersamaan, sekelompok mahasiswa asal Patani, Thailand Selatan, yang saat ini sedang menempuh pendidikan di berbagai kota di Indonesia, mengadakan kegiatan ziarah ke makam para pahlawan nasional dan tokoh agama penting Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan bertepatan dengan perayaan Hari Raya Tradisi Patani yang dikenal sebagai Raya 6, yakni perayaan khas masyarakat Melayu Patani yang jatuh pada tanggal 8 Syawal atau tujuh hari setelah Hari Raya Idulfitri.
Ziarah ini menjadi momen penting yang tidak hanya bersifat spiritual dan kultural, tetapi juga edukatif bagi para mahasiswa yang hidup di tanah rantau. Dalam kesempatan ini, mereka menyusuri jejak-jejak perjuangan dan dakwah para tokoh yang telah memberikan kontribusi besar dalam membentuk sejarah Indonesia, sebagai bentuk penghormatan sekaligus perenungan terhadap nilai-nilai yang mereka warisi.
Di Yogyakarta, para mahasiswa Patani mengunjungi makam Jenderal Besar Soedirman, seorang Panglima Besar sekaligus Pahlawan Nasional Indonesia yang dikenal karena semangat juangnya yang luar biasa, meski dalam kondisi kesehatan yang sangat terbatas. Jenderal Soedirman tetap memimpin perjuangan gerilya melawan penjajahan, sebuah keteladanan yang meninggalkan kesan mendalam bagi para peziarah muda tersebut. Di kompleks makam yang tenang, para mahasiswa melantunkan doa, membaca Al-Fatihah, dan merenungi semangat pengabdian yang melampaui batas usia dan kondisi fisik. Ziarah ini memberi makna baru bagi mereka tentang perjuangan dan keikhlasan dalam menjalani amanah hidup.
Sementara itu, kelompok mahasiswa Patani yang berada di Kota Semarang dan sekitarnya melakukan perjalanan ke wilayah Kudus dan Demak, Jawa Tengah, untuk menziarahi makam para wali besar seperti Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga. Kedua tokoh ini dikenal bukan hanya sebagai penyebar ajaran Islam, tetapi juga sebagai tokoh budaya yang berhasil menyelaraskan dakwah dengan nilai-nilai lokal yang hidup di tengah masyarakat. Para mahasiswa merenungi bagaimana para wali tersebut berdakwah dengan pendekatan yang bijaksana, inklusif, dan damai—nilai-nilai yang sangat dekat dengan semangat Islam yang mereka kenal dan praktikkan di Patani.
Di Purwokerto, mahasiswa Patani turut menziarahi makam Syekh Maqdum Wali, seorang ulama besar yang berperan penting dalam penyebaran Islam di wilayah Jawa Tengah. Tokoh ini dikenal karena keteguhannya dalam berdakwah dan membimbing masyarakat menuju kehidupan yang lebih religius dan beradab. Kunjungan ke makam Syekh Maqdum Wali menjadi pengingat bahwa ilmu dan spiritualitas merupakan fondasi penting dalam membangun peradaban, sekaligus motivasi bagi para mahasiswa untuk terus menuntut ilmu dengan niat yang tulus.
Kegiatan ziarah ini bukan semata-mata bentuk penghormatan kepada tokoh-tokoh besar Indonesia, tetapi juga merupakan momen reflektif yang penuh makna bagi para mahasiswa Patani. Di tengah kesibukan studi dan dinamika kehidupan sebagai perantau, ziarah ini menjadi ruang untuk menenangkan jiwa, memperkuat semangat, dan memperdalam pemahaman mereka tentang arti pengorbanan, perjuangan, serta warisan spiritual yang tak lekang oleh zaman. Melalui ziarah ini, mereka membangun jembatan emosional dan intelektual antara masa lalu dan masa kini, antara Patani dan Indonesia, antara perjuangan dan pengabdian.
Hari Raya Raya 6 sendiri memiliki makna khusus dalam budaya Melayu Patani. Tradisi ini dirayakan setelah umat Islam menjalani puasa sunnah selama enam hari di bulan Syawal, sebagai bentuk pelengkap setelah puasa Ramadan. Bagi masyarakat Patani, Raya 6 adalah perayaan yang tak hanya bersifat religius, tetapi juga kultural—sebuah warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi, menandai kesempurnaan ibadah sekaligus mempererat silaturahmi di tengah komunitas.
Di tanah rantau seperti Indonesia, khususnya di kota-kota pendidikan seperti Yogyakarta, Semarang, dan Purwokerto, merayakan Raya 6 bersama menjadi cara bagi mahasiswa Patani untuk tetap menjaga tradisi dan identitas mereka. Di tengah keterbatasan jarak dari keluarga dan kampung halaman, mereka menciptakan ruang bersama yang hangat, penuh nilai, dan sarat makna. Kegiatan ziarah ini menjadi bagian dari cara mereka merayakan Raya 6 secara kontekstual, dengan memaknai nilai spiritualnya dalam bentuk penghormatan terhadap tokoh-tokoh perjuangan dan keagamaan.
Lebih dari itu, ziarah ini juga memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas di antara para mahasiswa Patani yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Mereka saling berbagi cerita, saling menguatkan dalam semangat persaudaraan, serta menjadikan momentum ini sebagai ruang untuk membangun visi bersama—bahwa sebagai anak bangsa dari Patani, mereka memiliki tanggung jawab untuk menjaga tradisi, menuntut ilmu, dan berkontribusi positif bagi masyarakat di mana pun mereka berada.
Dengan semangat yang diwarisi dari para pejuang dan ulama besar, serta semangat Raya 6 yang hidup dalam tradisi mereka, para mahasiswa Patani di Indonesia terus melangkah dengan keyakinan dan harapan. Di tengah dunia yang terus berubah, mereka membawa nilai-nilai luhur dari tanah kelahiran mereka, memadukannya dengan pelajaran dari bumi perantauan, dan mengukir jejak mereka sendiri menuju masa depan yang lebih cerah. /*K