Patani – setelah membuat perjanjian dan kesepakatan antara pihak Barisan Revolusi Nasional (BRN) dengan Royal Thai Goverment (RTG), kini perjanjian tersebut telah dilanggar oleh pihak RTG.
Pada tanggal 31 Maret hingga 1 April 2022, terjadinya rundingan damai antara gerakan pembebasan Patani yaitu BRN dengan pihak kerajaan Thai yaitu RTG. Dalam rundingan tersebut terdapat empat perkara yang telah disejutui antara dua pihak, yaitu:
1. Pengesahan prinsip-prisip am yang telah ditanda tangani oleh dua expert antarabangsa dan telah disempurnakan dengan pertukaran surat Pengesahan oleh masing-masing pihak antara BRN dan RTG sebagai jaminan atas persetujuan prinsip-prinsip am tersebut.
2. Kedua belah pihak utama bersetu untuk berhenti tindakan kekerasan sepanjang bulan Ramadhan sehingga 10 Syawal yaitu bermula dari 3hb April – 14hb Mei 2022. Persetujuan ini adalah untuk melahirkan suasana aman dan sejahtera bagi komuti Patani yang berada di lapangan khususnya dan sebagai proses binan keyakinan antara kedua belah pihak utama dalam usaha untuk mewujudkan perdamaian yang hakiki di Patani.
3. Kedua pihak utama telah membentangkan kerangka kerja atau TOR berkaitan Joint Working Group (JWG) atas perkara-perkara isu substantif iaitu 1) solusi politik, 2) konsultasi awam dan 3) pengurangan tindakan kekerasan bagi kedua belah pihak.
4. Kedua pihak utama telah melantik anggota penghubung “contact persons” dibawah pengaturan sekretariat fasilitator bagi setiap isu substatif yang terkandung dalam “Prinsip-prinsip Am” seramai 3 orang bagi setiap pihak.
Setelah selesainya rundingan tersebut membuat masyarakat Patani merasa seakan-akan Ramadhan tahun ini bisa melaksanakan amalan dengan sepenuhnya, tetapi tidak seperti itu malah kekuatan tentera Thailand semakin menambah dan langsung melanggar terhadap kesepakatan itu.
Dari warga setempat mengatakan bahwa terdapat tiga kawasan yang tentera Thailand semakin menguat kuasa, yaitu di kawasan Bandang Setar, jaha dan Maiken. Tiga kawasan tersebut terdapat ramai tentara Thailand yang berada di pinggir jalan, di kawasan rumah masyarakat, di pinggir masjid dan di kawasan kebun karet milik warga Patani.
Tidak hanya itu, bahkan mereka ada membuat operasi secara sunyi-sunyian dan menangkap warga setempat.
Kejadian yang paling jelas lagi adalah penembakan terhadap warga setempat yang pelurunya terkena di kepala dan meninggal dunia di tempat kejadian.
Oleh itu, wujudnya pertanyaan oleh rakyat Patani terhadap pemerintah Thailand yaitu “rundingan senang sekali diadakan tetapi melanggar janjian itu memang jelas sifat bawaan aslinya”. Tidak gunanya rundingan dan surat perjanjian yang dikeluarkan oleh sekretariat rundingan jika selalu seperti ini.
Redaksi Sumatera