Patani, 25 Oktober setiap tahun menjadi momentum selalu hangat di Patani, banyak para cendikiawan,
para aktivis dan warga Patani mengingati tragedi pembantaian Takbai. Kini genap 20 tahun
kedaluwarsa statusa hukum tapi tidak dapat diadili satu pun, sehingga memberi kekecewaan dan
amarah besar bagi warga Patani.
Tragedi Tak Bai terjadi pada 11 Ramadhan 1425H bersama 25 Oktober 2004M, sekitar 2.000
3.000 Muslim di Tak Bai melakukan aksi demonstrasi di depan Kantor polisi. Demontrasi tersebut
munculnya akibat penangkapan enam warga Muslim yang dituduh menyuplai persenjataan
kepada para gerilyawan di wilayah selatan Thailand yang penduduknya mayoritas Muslim.
Demonstrasi damai diadakan untuk menuntut hak-hak etnis dan menolak tindakan keras
pemerintah. Banyak orang ditangkap, dan terjadi kekerasan yang menyebabkan kematian dan luka
luka. Pada awal, petugas keamanan yang terdiri atas polisi dan tentara mencoba membubarkan
para demonstran yang terus berteriak-teriak. Namun, mereka bukannya membubarkan diri.
Malah, jumlah para demonstran bertambah banyak. Aparat pun kehilangan kesabaran dan mulai
menembaki para demonstran dengan gas air mata, senjata api, dan senjata air. Militer Thailand
juga menangkapi para demonstran dan memasukkannya ke dalam enam truk yang sudah
disiapkan untuk dibawa ke kamp militer.
Bisa baca lanjut https://patanifajar.net/19-tahun-pembantaian-di-takbai-selatan-thailand/
Peristiwa Tak Bai secara jelas menunjukkan aparat militer dan polisi menghajar pengunjuk rasa
dengan popor senjata, pukulan, dan tendangan. Kemudian para pengunjuk rasa dipaksa
merangkak di jalan asphalt dengan bercelana kolor, mereka dipaksa berkumpul dengan
merangkak tanpa baju, di atas tanah berlumpur dengan kawalan ketat tentara. Darah mengucur
di mana-mana, tetapi tidak mengurangi kebengisan aparat keamanan. Mereka juga menganiaya
ibu-ibu dan anak-anak yang ditangkap dan dikumpulkan di kantor polisi Tak Bai. Dalam kondisi
terikat dan berpuasa, tubuh-tubuh mereka dilemparkan ke atas truk militer, usai demonstrasi
yang digagalkan aparat. Lelah dan siksa mengantarkan merekamenjemput maut. Saksi mata
mengatakan puluhan orang tewas di tempat setelah aparat keamanan mulai menembaki
pengunjuk rasa, dan hingga sekarang lebih dari 60 warga belum kembali ke rumah. Mereka
lenyap dalam peristiwa tersebut.
Ketidakadilan yang dirasakan warga muslim inilah yang kerap memicu pertikaian dengan tentara
pemerintah. Dan tindak kekerasan yang terjadi di Thailand Selatan, menjadi tantangan bagi unsur
politik dan sosial sebuah negara yang hendak menjaga kerukunan etnik warganya. Muncul
peristiwa Tak Bai sangat menjadi perhatian masyarakat internasional karena cara pembantaian
yang dilakukan militer sangat mengerikan. Kebrutalan tentara Thailand menghadapi para
demonstran Muslim bukan suatu yang salah prosedur, tetapi lebih merupakan simtom atau suatu
perubahan dengan keadaan khusus kondisi masyarakat yang menunjukkan tanda-tanda adanya
suatu penyakit dari sebuah bawah sadar bahwa kelompok Muslim Patani adalah musuh yang
harus dibasmi. Demonstrasi hanya sekedar picu, bukan sebab utamanya, karena itu tanpa ada
demonstrasi, pasukan Thailand akan berbuat kekarasan dengan alasan apapun. Bahkan
demonstrasi terjadi juga karena adanya kekerasan yang mereka derita selama bertahun-tahun.
20 Oktober 2024 Pengadilan Provinsi Narathiwat Sidang penting telah dibuka atas insiden
tersebut. Protes Tak Bai tahun 2004 dibubarkan sesuai jadwal dimana ketujuh terdakwa akan
datang untuk pemeriksaan kesaksian pada pukul 09.00. Namun, tidak ada satupun terdakwa yang
hadir di pengadilan. Dan sejauh ini belum ada laporan bahwa terdakwa ditangkap dengan cara
apa pun.
Dari situasi seperti itu Pengadilan telah memutuskan Tanggal persidangan diundur menjadi 28
Oktober 2024 untuk memberi kesempatan kepada terdakwa untuk menyerahkan diri. atau
membiarkan polisi mengikuti dan menangkap terdakwa di dalam Batas waktu akan berakhir pada
25 Oktober 2024 pukul 23.59.
Pengadilan menekankan hal itu Jika salah satu terdakwa dapat menyerahkan diri atau ditangkap
dalam jangka waktu tersebut, Kasusnya masih bisa disidangkan. Namun jika tindakan tidak dapat
diambil sebelum penghujung malam pada tanggal 25 Oktober, maka kasus tersebut dianggap
selesai karena jangka waktu pembatasan telah berakhir.
Masyarakat Patani selalu meragukan keadilan Thailand terhadap mereka sebagai minoritas,
kasus Tak Bai ini juga sangat pembuktikan keadilan tidak dapat mereka nikmati secara konstitusi,
tapi mereka percaya bahwa kebenaran yang mereka memperjuangkan akan dapat di nikmati di
kemudian hari. Selama 20 tahun dengan Tragedi ini tidak dapat menahan orang yang bersalah
yang sebenarnya, dan mereka selalu percaya Kasus Tragedi Tak Bai walau tidak dapat keadilan
dan kemenangan di Mahkamah namun masyarakat Patani sudah dapat kemenangan di Tragedi
Takbai antaranya dapat melahirkan kasatuan antara rakyat Patani dll. (Ungkapan dari Hara)
Tragedi Tak Bai menjadi titik balik dalam konflik yang berkepanjangan di Thailand selatan. Insiden ini
mencerminkan kegagalan pemerintah dalam menangani masalah dengan cara yang damai dan
manusiawi, serta menunjukkan betapa dalamnya luka sosial dan politik di wilayah tersebut. Hingga kini,
peristiwa ini tetap menjadi kenangan pahit bagi banyak orang dan menjadi simbol perjuangan yang
berlanjut untuk hak dan keadilan di Thailand selatan.
Sumber : News HMPI Report