Skip to content
Patani Fajar

Patani Fajar

Amanah Kerjasama

Connect with Us

  • Facebook
  • Youtube
  • Instagram

Categories

  • Historis
  • Kemanusiaan
  • Kerjasama
  • Kultur
  • Kultural
  • local wisdom
  • Opini
  • Pendidikan
  • Perdamaian
Primary Menu
  • Kemanusiaan
  • Pendidikan
  • Historis
  • Seniman
  • Tentang Kami
Live
  • Home
  • Opini
  • Suasana Buka Puasa Bersama di Masjid Telok Manok atau Masjid Wadi Hussein
  • Opini

Suasana Buka Puasa Bersama di Masjid Telok Manok atau Masjid Wadi Hussein

Direktorat AKPPI April 24, 2022
Suasana Mesjid Wadi Husen

Narathiwat – Suasana masyarakat tempatan buka puasa bersama setiap kali tiba bulan Ramadhan di masjid Telok Manok atau masjid Wadi Hussein yang terletak di kawasan Telok Manok Daerah Yingo Wilayah Narathiwat, pada tahun 1443 H / 2022 M.

Sesuai dengan sejarah lampunya yang jaya dan perannya yang utama dalam bidang dakwah Islamiyah di Semenanjung Tanah Melayu, Patani Darussalam banyak memiliki peninggalan-peninggalan sejarah lama yang sangat berharga dan dibanggakan.

Diantara peninggalan sejarah yang dapat kita lihat hingga hari ini adalah sebuah masjid tua maupun masjid lama yang usianya hamper 400 tahun, dan masjid ini telah wujud sejak zaman kerajaan Patani ketika diperintah oleh salah seorang sultan.

Pada tahun 1634 M, masyarakat Patani bersepakat untuk membina sebuah masjid dengan bahan baku “kayu” tanpa menggunakan paku besi, dan masjid ini disebut dengan nama masjid “Telok Manok” atau dikenal juga dengan nama masjid “Taloh Manoh”, masjid “Talo Mano”, masjid “Wadi Hussein”, atau masjid “Al-Hussein”.

Nama “Telok Manok” sendiri diambil dari nama kampung tempat dibangunnya masjid ini, yaitu sebuah kampung kecil yang terletak kurang lebih 25 km dari bandar Wilayah Narathiwat. Sedangkan nama “Al-Hussein” diambil dari nama ulama yang telah menyebarkan agama Islam pada saat itu di kampung Telok Manok, dan nama penuh beliau adalah Wan Hussein Az-Sanawi yang disebut-sebut oleh masyarakat sebagai pendiri atau pe renovasi masjid tersebut, pada tahun 1960-an.

Manakala, siapa pendiri awal masjid “Telok Manok” masih dikaji dan perlu dikaji dengan lebih lanjut, kerana sampai saat ini para peneliti maupun sejarawan belum menemukan untuk menentukan siapa pendiri masjid tersebut. Para sejarawan telah sepakat bahwa “Al-Hussein” menjadi pendiri masjid tersebut, dilihat dari sejarah bahwa beliau telah memiliki kontribusi besar dalam penyebaran agama Islam disana pada masa itu.

Seni bina atau arsitektur masjid ini memiliki perpaduan antara gaya arsitektur Melayu, Thai, dan China. Terdapat beberapa ukiran-ukiran yang hamper sama dengan bunga pada setiap pintu, jendela, ventilasi, atap, serta mimbar nya.

Bangunan utama masjid ini terdiri dari dua bangunan yang dijadikan satu, keseluruhannya dibangun seperti rumah panggung atau rumah tradisional adat Melayu. Biasanya desain rumah panggung memiliki tujuan untuk menghindari dari binatang buas, serta menghindari kebanjiran akibat iklim yang lembab.

Cara pembangunan masjid ini terlihat sangat unik, kerana sama dengan teknik pembangunan rumah kayu yang ada di Semenanjung Tanah Melayu, dengan sistem tanpa paku besi, hanya menggunakan sistem interlocking antara satu kayu dengan kayu yang lainnya.

Berbagai hiasan ukiran juga ikut menghiasi bangunan kayu tersebut, mulai dari ukiran tumbuh-tumbuhan, daun, ukiran bunga serta ukiran dengan budaya China. Bahkan ukiran tersebut juga terdapat pada kayu tiang penopang atap, serta kayu interlocking pada bagian bawah atap.

Renovasi yang terjadi pada masjid ini hanya pada atapnya yang memakai daun palm, dan merubah menjadi kepada batu bata buatan masyarakat dengan gaya Patani. Bentuk yang paling unik boleh dilihat dari atap masjid, kerana memiliki 2 atap yang saling bertumpang tindih, atap kecil diatas atap utama merupakan cerminan dari atap utama. Selain itu, di depan sisi atas atap masjid dibangun sebuah menara kecil sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan.

Meskipun, hanya berbahan baku “kayu”, namun masjid tersebut dapat bertahan hingga ratusan tahun, dan masih memiliki nilai sejarah dan estetika tersendiri. Oleh sebab itu, masyarakat tidak merenovasi semua bahagian melainkan pada bagian atapnya sahaja.

Masjid “Telok Manok” atau masjid “Wadi Hussein” merupakan salah satu diantara mesjid-mesjid tua atau masjid-masjid lama yang ada di Negara Thailand, dan sangat menarik untuk dikunjungi bagi para peneliti, sejarawan, maupun wisatawan dari mana sahaja.

Editor : Berita Melayu Patani.
Photo : Masjid Telok Manok tau Masjid Wadi Hussein.

Loading

Comments

About The Author

Direktorat AKPPI

See author's posts

Share

Continue Reading

Previous: Suasana Shalat Tarawih di Masjid Jamed Patani
Next: Genap 15 Tahun Demonstrasi di Masjid Jamek Pattani

Terbaru

“Takkan Hilang Melayu di Bumi”: Kunjungan Silaturrahmi Mahasiswa Patani ke Kesultanan Jambi jambi
  • Kultur
  • Kultural
  • local wisdom

“Takkan Hilang Melayu di Bumi”: Kunjungan Silaturrahmi Mahasiswa Patani ke Kesultanan Jambi

April 12, 2025
Rantau Bukan Penghalang, Silaturahmi Tetap Terjalin Silaturahmi anak rantau
  • Kultur

Rantau Bukan Penghalang, Silaturahmi Tetap Terjalin

April 11, 2025
Mahasiswa Patani di Semarang dan Yogyakarta Meriahkan Perayaan Melayu Raya 2025 semarang, Melayu Raya
  • Kultural
  • local wisdom

Mahasiswa Patani di Semarang dan Yogyakarta Meriahkan Perayaan Melayu Raya 2025

April 11, 2025
Mahasiswa Patani di Indonesia Ziarahi Makam Para Pahlawan Nasional dalam Rangka Memperingati Hari Raya Tradisi Patani Ziarahi Makam Syekh Maqdum Wali, Purwokerto.
  • Kultural
  • local wisdom

Mahasiswa Patani di Indonesia Ziarahi Makam Para Pahlawan Nasional dalam Rangka Memperingati Hari Raya Tradisi Patani

April 8, 2025
Genap 20 tahun tragedi Tak bai, Nafas yang masih melayang 20 tahun pembataian Tak bai
  • Historis
  • Kemanusiaan

Genap 20 tahun tragedi Tak bai, Nafas yang masih melayang

October 27, 2024
20 Tahun Menanti Keadilan: Menagih Janji Negara Menuntas Kasus Takbai Picture2
  • Kemanusiaan

20 Tahun Menanti Keadilan: Menagih Janji Negara Menuntas Kasus Takbai

October 5, 2024

Connect with Us

  • Facebook
  • Youtube
  • Instagram

Sekapur Sirih

“Patani” merupakan wilayah di Selatan Thailand yang saat ini dalam usaha mencari perdamaian sedangkan “Fajar” merupakan istilah yang mengandungi makna sedang mehadapi terang.

VISI
“TERCIPTANYA AMANAH KERJASAMA”

Categories

Historis (8) Kemanusiaan (23) Kerjasama (3) Kultur (2) Kultural (3) local wisdom (3) Opini (11) Pendidikan (2) Perdamaian (12)

Update

  • “Takkan Hilang Melayu di Bumi”: Kunjungan Silaturrahmi Mahasiswa Patani ke Kesultanan Jambi
  • Rantau Bukan Penghalang, Silaturahmi Tetap Terjalin
  • Mahasiswa Patani di Semarang dan Yogyakarta Meriahkan Perayaan Melayu Raya 2025
  • Home
  • Blog
  • Contact
  • Facebook
  • Youtube
  • Instagram
Hak Cipta © Seluruhnya dilindungi undang-undang. | MoreNews by AF themes.