Koresponden – Bertepatan 21 September, setiap tahun dunia internasional memperingati Hari Perdamaian Internasional. Mantan Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova menyatakan, Hari Perdamaian Internasional adalah untuk merayakan kekuatan solidaritas global demi membangun dunia yang damai dan berkelanjutan.
Perdamaian adalah dimana situasi tidak berada dalam kekacauan dan dapat merasakan ketenangan tanpa ada paksaan dari mana-mana pihak. Perdamaian sering menjadi impian bagi setiap negara bahkan bagi setiap individu. Hal ini supaya manusia dapat menjalankan kehidupan tanpa ada perbalahan dan perkelahian.
Namun, berbeda dengan situasi di Patani, Selatan Thailand. Sejak kekalahan perang dengan Thailand (dipanggil Siam ketika itu) pada tahun 1785 M., situasi di Patani tidak lagi merasakan damai. Masyarakat diselubungi rasa takut karena terdengar suara letupan bom dan senjata setiap hari. Tentara ditempatkan di setiap daerah dan kampung dengan adanya program Daerah Operasi Militer (DOM). Mereka tidak bisa bergerak bebas untuk melakukan kegiatan keseharian, seolah dibelenggu di daerah sendiri.
Dimanakah kedamaian bagi Patani ? Pemerintah bertindak tanpa ada persetujuan dari masyarakat. Kekacauan sering terjadi menyebabkan masyarakat sering memberontak hanya demi merasakan kedamaian. Setelah beberapa kali perundingan diadakan antara pihak Royal Thai Government (RTG) Thailand dan Barisan Revolusi Nasional (BRN), hingga ke hari ini kedamaian belum dapat dikecap oleh masyarakat Patani. */HSM.